
Dengan diikuti seluruh peserta, kegiatan MGMP 30 September 2010 dimulai.
Sebelum guru pemandu menyampaikan materi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta kegiatan, terlebih dahulu diisi sambutan pengarahan oleh Kepala SMP Negeri 1 Wonogiri Bapak Drs.H.Kusman,M.Pd.
Dalam pengarahannya Drs.Kusman, M.Pd. mengharapkan kegiatan ini diikuti dengan penuh tanggung jawab sehingga memperoleh manfaat sebesar-besarnya yang pada akhirnya meningkatkan kinerja para peserta.
Waktu selanjutnya sepenuhnya digunakan oleh guru pemandu (Tri Muhroji,S.Pd. dan Dra Utami Padriastuti,M.Pd.). Dengan penuh perhatian dan antusias yang tinggi peserta menerima materi Case Stady dan Jurnal Pembelajaran.
Tidak sekedar mendengar atau ceramah kegiatan itu namus juga diselingi diskusi, tanya jawab, bertukar pengalaman dan diakhir pertemuan berlatih menyusun case study dan jurnal pembelajaran.
BERIKUT CONTOH CASE STUDY
Case Study : Bagaimana Membuat Siswa Belajar Tanpa Merasa Terpaksa?
Oleh: Dra. Lilik Rusmiyatun
(Guru bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Pracimantoro)
Aku seorang guru bahasa Indonesia yang kebetulan mendapat tugas mengajar di kelas IX. Para siswa biasa memanggilku Ibu Lilik. Tentu sudah dapat dibayangkan bagaimana mengajar di kelas IX pada semester genap apalagi mata pelajaran yang diampu mata pelajaran yang diujikan nasional dan waktunya menjelang ujian nasional.
Seperti biasanya, aku masuk kelas IXC sesuai jadwal. Aku mengawali pelajaran dengan KD (Kompetensi Dasar) menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang dibaca. Aku tulis KD itu di papan tulis. Aku melanjutkan pembelajaran dengan tanya jawab mengenai cerpen dan naskah drama. Hampir semua siswa sudah pernah melihat dan membaca cerpen maupun naskah drama. Aku merasa lega, dalam persepsiku pembelajaran ini akan berjalan lancar jauh dari kesulitan.
Setelah tanya jawab, aku memberikan penjelasan singkat dengan metode ceramah mengenai menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang pernah dibaca. Dengan keyakinan penuh bahwa para siswa sudah paham, maka aku suruh siswa membaca cerpen yang berjudul .... yang ada di buku paket bahasa Indonesia karangan Suwito dkk., halaman .... Pada saat siswa membaca tak ada suara yang terdengar, kelas hening karena siswa membaca dalam hati. Selesai membaca, secara individual siswa saya minta menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang dibaca. Mulai terdengar berisik suara siswa, bertanya kepada temannya, ada juga yang tidak menulis hanya tengok kanan kiri, bahkan ada yang tidak sadar memegang bolpoin memukul-mukul meja sambil bernyanyi kecil layaknya dramer. Aku pun berusaha menenangkan kelas, tetapi itu tidak berlangsung lama. Ada-ada saja yang dilakukan siswa, sementara tugasnya tidak dikerjakan secara maksimal.
Waktu yang kutentukan untuk mengerjakan telah habis. Para siswa mengumpulkan pekerjaannya. Betapa terkejutnya aku, melihat tulisan hasil pekerjaan para siswa. Naskah drama yang ditulis tidak sesuai/jauh dari yang kuharapkan, terutama tata tulis, ejaan, tanda baca dan kaidah penulisan naskah drama yang lainnya.
Hal tersebut kusampaikan kepada para siswa pada akhir pelajaran. Tapi ... ada satu anak yang nyelutuk di luar dugaanku. Bu ..., ketika kita membaca kan ejaan dan tanda baca tidak diucapkan! Aku tersenyum . Ya ..., kalian benar, tetapi kurang tepat. Aku mencoba memberikan penjelasan dan pengertian kepada mereka. Para siswa kelihatannya bisa memahami apa yang kusampaikan. Pelajaran hari itu kuakhiri karena bel ganti jam sudah berbunyi.
Sambil berjalan ke ruang guru aku berpikir “Bagaimana cara membuat siswa senang dalam belajar tanpa harus merasa terpaksa sehingga akan menjadikan beban tetapi hasilnya sesuai dengan harapan.” Aku harus mencari cara agar siswa belajar dalam kondisi fun.